laut |
www.ilmigadhismaha.blogspot.com/:- Survei hidrografi
adalah ilmu tentang pengukuran dan deskripsi fitur yang mempengaruhi navigasi
maritim, pembangunan kelautan, pengerukan, eksplorasi minyak lepas pantai /
pengeboran dan disiplin terkait. Strong emphasis
is placed on soundings, shorelines, tides, currents, sea floor and submerged
obstructions that relate to the previously mentioned activities.
Penekanan kuat ditempatkan pada soundings, Garis pantai, pasang surut, arus,
lantai laut dan tenggelam penghalang yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan
yang disebutkan sebelumnya. The term Hydrography
is sometimes used synonomously to describe Maritime Cartography, which in the
final stages of the hydrographic process uses the raw data collected through
hydrographic survey into information usable by the end user.
Hidrografi
istilah kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan Maritim synonomously
Kartografi, yang pada tahap akhir dari proses hidrografi menggunakan data
mentah yang dikumpulkan melalui survei hidrografi menjadi informasi yang dapat
digunakan oleh pengguna akhir.
Potensi Kelautan di republik ini sungguh sangat berlimpah baik
di nearshore maupun di offshore, di mana industri maritim merupakan
industri yang sangat menantang (world wide business). Kawasan laut
memiliki dimensi pengembangan yang lebih luas dari daratan karena mempunyai
keragaman potensi alam yang dapat dikelola. Beberapa sektor kelautan seperti
perikanan, perhubungan laut, pertambangan sudah mulai dikembangkan walaupun
masih jauh dari potensi yang ada.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan industri yang marine-oriented,
survei hidrografi mutlak dilakukan dalam tahapan explorasi maupun feasibility
study. Survei hidrografi adalah cabang ilmu yang berkepentingan dengan
pengukuran dan deskripsi sifat serta bentuk dasar perairan dan dinamika badan
air atau dengan kata lain Hidrografi adalah ilmu terapan di dalam melakukan
pengukuran dan pendeskripsian objek-objek fisik di bawah laut untuk digunakan
dalam navigasi. Informasi yang diperoleh dari kegiatan ini untuk pengelolaan
sumberdaya laut dan pembangunan industri kelautan (KK Hidrografi, 2004 ).
Kebutuhan teknologi survei dan pemetaan laut yang modern ini merupakan
suatu kebutuhan, apalagi dengan berlakunya UNCLOS 1982 (United Nations
Convention on Law of The Sea), Indonesia
diakui sebagai negara kepulauan dan perairan yuridiksi Indonesia bertambah luas serta perlu
segera dipetakan.Sudah saatnya juga negara kita ini untuk bangun dan bersaing
mengelola sumber daya kelautan yang berpotensi ini.
Tujuan survey hidro-oseanografi diantaranya untuk mendukung pekerjaan:
- Rencana penentuan dan pemasangan jalur kabel dan pipa bawah laut
- Pencarian pesawat dan kapal-kapal yang tenggelam.
- Rencana penentuan dan pemasangan jalur kabel dan pipa bawah laut
- Pencarian pesawat dan kapal-kapal yang tenggelam.
-Penentuan pengeboran sumur minyak (well rig)
- Operasi pencarian ranjau dan bahan peledak di bawah laut
- Investigasi pipa dan kabel bawah laut, dll.
- Operasi pencarian ranjau dan bahan peledak di bawah laut
- Investigasi pipa dan kabel bawah laut, dll.
Adapun kegiatan survey Hidro-Oseanogrfi meliputi :
1.Survei Titik Kontrol Geodetik
Referensi titik kontrol geodesi yang merupakan bagian dari Jaringan
Kerangka Kontrol Horizontal Nasional yang terletak di dekat atau di lokasi
survei diperlukan untuk penentuan posisi DGPS menggunakan Shorebase Station
(Reference Point) dan untuk verifikasi alat DGPS yang akan digunakan untuk
survey. Point of Origin
untuk kerangka kontrol horizontal tersebut diperoleh dari instansi resmi,
seperti Bakosurtanal. Jika diperlukan, penentuan point of origin dapat
dilaksanakan sendiri, dengan referensi salah satu titik yang sudah ada, baik
dengan mengadakan pengamatan GPS secara relatif maupun secara konvensional
dengan melakukan pengukuran traverse. Jika titik referensi tambahan dibutuhkan,
maka titik tersebut harus dibangun semi-permanen yang dapat mewakili daerah
survei yang telah ditentukan.
Semua ketinggian (elevasi) dan kedalaman air, akan dihubungkan dengan suatu datum yang direferensikan ke Mean Sea Level (MSL) atau Chart Datum(Low Water Spring: LWS), atau datum tertentu yang sudah mendapatkan persetujuan. Semua elevasi dan kedalaman harus dihubungkan dengan benchmark tertentu yang terletak di darat, atau direferensikan kepada elipsoid tertentu yang ditentukan dengan GPS.
2. Sistem Navigasi Survei
Penentuan posisi kapal survei dilaksanakan menggunakan GPS receiver dengan
metode Real Time Differential (DGPS) dengan mengikuti prinsip survei yang
baik dan menjamin tidak adanya keraguan atas posisi yang dihasilkan. Lintasan
kapal survei dipantau setiap saat melalui layar monitor atau diplot pada kertas
dari atas anjungan. Sistim komputer navigasi memberikan informasi satelit GPS
seperti: nomer satelit yang digunakan, PDOP dan HDOP. Elevation mask
setiap satelit diset pada ketinggian minimum 10 derajat. Bila DGPS yang
digunakan menggunakan shore base station, satu GPS receiver dipasang di atas
kapal survei dan satu lagi di atas titik berkoordinat di darat (shore base
station). Selama akuisisi data, koreksi differential dimonitor dari atas kapal
pada sistem navigasi.Sistim komputer navigasi menentukan posisi setiap detik,
dan jika perlu, logging data ke hardisk komputer dapat ditentukan setiap 1, 5
atau 10 detik sebagai pilihan.
3. Pengamatan Pasang Surut Laut
Pasang surut muka air laut dipengaruhi gravitasi bulan dan matahari, tetapi
lebih dominan grafitasi bulan, massa matahari jauh lebih besar dibandingkan
massa bulan, namun karena jarak bulan yang jauh lebih dekat ke bumi di banding
matahari, matahari hanya memberikan pengaruh yang lebih kecil, perbandingan grafitasi
bulan dan matahari (masing-masing terhadap bumi) adalah sekitar 1 : 0,46.
Untuk keperluan pemetaan darat diperlukan data mean sea level ( msl )
yang merupakan rata – rata pasang surut selama kurun waktu tertentu (18,6
tahun). Untuk keperluan pemetaan laut diperlukan data surut terendah ( untuk
keperluan praktis minimal pengamatan selama 1 bulan , untuk keperluan ilmiah
bervariasi 1 tahun dan 18,6 tahun)
Pengamatan pasang surut dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan Muka
Surutan Peta (Chart Datum), memberikan koreksi untuk reduksi hasil survei
Batimetri, juga untuk mendapatkan korelasi data dengan hasil pengamatan arus.
Stasiun pasang surut dipasang di dekat/dalam kedua ujung koridor rencana jalur
survey dan masing-masing diamati selama minimal 15 hari terus-menerus dan
pengamatan pasang surut dilaksanakan selama pekerjaan survei berlangsung.
Secepatnya setelah pemasangan, tide gauge/staff dilakukan pengikatan
secara vertikal dengan metode levelling (sipat datar) ke titik kontrol di darat
yang terdekat, sebelum pekerjaan survei dilaksanakan dan pada akhir pekerjaan
survey dilakukan.
Facebook Blogger Plugin by deercali.blogspot.com | Get Widget
Posted by 9:19 AM and have
0
comments
, Published at
No comments:
Post a Comment